Senin, 17 Februari 2014

Warisan Leluhur Yang Selalu Terjaga



Kota Juwana merupakn kota di pesisir utara Pulau Jawa yang terletak di jalur pantura yang menghubungkan kota Pati dan kota Rembang. Kota Juwana merupakan kota terbesar kedua di Kabupaten Pati setelah Pati. Di kota ini terkenal dengan industri kerajinan kuningan dan pembudidayaan bandeng. Batas-batas kota Juwana:                   
* Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Batangan.
* Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Jakenan dan kecamatan Pati.
* Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Wedarijaksa.
Juwana merupakan daerah pesisir dan dataran rendah dengan tanah berjenis aluvial dan red yelloy mediteran. Kota ini juga dilalui oleh sungai Juwana (disebut juga Sungai Silugonggo) yang menjadi daerah aliran sungai Waduk Kedungombo. Sungai terbesar di Kabupaten Pati ini tiap tahun mengakibatkan banjir termasuk di Kota Juwana. Luas wilayah Kecamatan Juwana adalah 5.593 ha (55,93) km2.
Jumlah penduduk Kecamatan Juwana sebanyak 87.484 jiwa (2006) yang terdiri atas 43.565 jiwa laki – laki dan 43.919 jiwa penduduk perempuan. Kecamatan ini mempunyai banyak lapangan kerja. Hal yang menjadi ciri khas Kecamatan Juwana adalah usaha kerajinan logam kuningan yang sebagian besar terdapat di Desa Growong Lor dan sekitarnya, serta usaha tambak perikanan di Desa Bajomulyo, Agungmulyo dan desa – desa sekitarnya. Dua perusahaan kuningan terbesar dari kota Juwana adalah Krisna & Sampurna. Pelabuhan Juwana menjadi salah satu tulang punggung kekuatan perekonomian Kecamatan Juwana. Pelabuhan ini menjadi salah satu pintu masuk kapal – kapal pengangkut kayu dari Kalimantan. Hasil tambak maupun tangkapan nelayan yang didapat antara lain: bandeng, udang, tongkol, kakap merah, kepiting, ikan pe, cumi.
Selain hal diatas, Juwana juga dikenal sebagai icon budaya dan sejarah di Kabupaten Pati. Banyak sekali kisah dan peninggalan sejarah serta kebudayaan yang tetap hidup dan melekat erat di hati masyarakat hingga kini. Salah satunya adalah kegiatan Ruwatan. Ruwatan yang akan dibahas pada kali ini adalah Ruwatan dalam perspektif budaya. Didalam kegiatan gelar budaya ruwatan terkandung nilai sosial, edukatif, rasa kebersamaan dalam banyak ragam perbedaan. Dan pemberdayaan terhadap nilai – nilai potensi sumberdaya, kreatifitas manusia serta ikut melestarikan budaya bangsa khususnya budaya Ruwatan. Ruwatan mengandung makna mengevaluasi diri atas segala kesalahan yang disadari maupun tidak disadari dimasa yang telah lalu. Sehingga dalam acara Ruwatan mrmiliki makna untuk membersihkan diri, tidak hanya sekedar pembersihan lahir, lebih utama adalah membersihkan batin, membersihkan sengkala (penghalang diri) dan sukerta (kotoran dalam diri). Yang berakibat sering mengalami sial karena sengkolo dan sukerto. Maksud diadakannya ruwatan ini adalah untuk meringankan beban peserta sukerto yang mampu maupun tidak mampu, yang tidak dapat melaksanakan sendiri. Artinya ruwatan dilakukan untuk meringankan beban masyarakat. Tujuan pokok ruwatan, adalah untuk membuang kesialan hidup orang – orang yang sedang dalam sukerta (susah). Orang – orang sukerta ini, menurut cerita dalah orang – orang yang akan dimangsa oleh Bathara Kala sebagai kekuatan penyeimbang hukum alam, karena orang – orang sukerta tidak selaras atau harmonis dengan hukum alam yang sngat adil (prinsip Tuhan yang Mahaadil). Dengan kata lain, para sukerta mengalami suatu peristiwa tidak sengaja, dan perbuatan yang disengaja yang tidak sesuai dengan kodrat alam yang semestinya. Prosesi spiritual ruwatan, juga sebagai upaya pelestarian tradisi dan budaya nenek moyang masyarakat Jawa yang sudah turun temurun ribuan tahun silam. Sebagai khasanah pelestarian kekayaan ragam budaya di tanah air. Ruwatan masih merupakan bagian dari prosesi adat Jawa. Ruwatan itu adalah prosesi penyucian diri seorang manusia agar kelak dirinya terbebas dari malapetaka. Tapi hanya orang – orang tertentu yang menyandang predikat Sukerta saja yang diwajibkan untuk diruwat.asal muasal prosesi ruwatan diceritakan dalam kisah pewayangan lakon Murwakala, yaitu lahirnya Bathara Kala.
Selain itu di suatu desa di Juwana terdapat suatu kebudayaan dimana penduduk asli desa itu yang masih gadis diharamkan untuk memakai pakaian warna hijau pupus. Konon katanya apabila kita memakai pakaian warna itu dapat mendatangkan pamali bagi yang memakainya. Tradisi ini juga sudah turun temurun dari nenek moyang terdahulu.
Dalam suatu desa biasanya kita mengenal yang namanya sesepuh Desa. Sesepuh Desa bisa dikatan sebagai pelopor berdirinya desa itu atau bisa dikatakan sebagai pendiri desa. Dahulu kala sesepuh Desa Kincir sangat kaya raya karena tanah yang subur sehingga dapat memberikan hasil panen yang melimpah ruah setiap kali panen. Tapi lain halnya dengan desa Kincir, di desa tetangga tanahnya tandus sehingga hasil panen tidak dapat mencukupi kehidupan warga disana. Akhirnya karena terdesak oleh keadaan tersebut, sesepuh desa tetangga akhirnya nekat untuk mengambil hasil panen sesepuh desa Kincir. Namun rupanya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak kepadanya, ditengak aksinya mengambil hasil panen tersebut dia tertangkap basah oleh sesepuh desa Kincir dan akhirnya terjadilah perang antar sesepuh desa. Dari kejadian itulah hingga saat ini penduduk asli Kincir tidak boleh menikah dengan penduduk asli Bakaran. Maka jika terjadi pernikahan, pernikahan itu tidak akan awet. Akan ada sanak keluarga yang meninggal, kemungkinan hidupnya miskin, atau bisa juga pasangan pengantin tidak akan mendapatkan keturunan (mandul).
Sedangkan untuk budaya berkomunikasi di Juwana yaitu hampir sama dengan komunikasi di daerah – dearah lainnya. Yakni menggunakan bahasa jawa ngoko jika kita berbicara dengan teman sebaya namun jika kita berbucara dengan orang yang lebih tua dari kita, kita wajib menggunakan bahasa krama. Dilain sisi jika kita bertemu dengan tetangga satu desa di jalan, kita kenal ataupun tidak dengan orang itu kita wajib untuk menyapanya, walau hanya dengan senyuman saja. Karena apabila kita tidak menyapa orang itu, kita akan jadi bahan perbincangan satu desa dan jika di rumah kita ada kondangan ataupun acara maka warga sekitar tidak akan turut membantu.

Pengertian Ilmu



Bila ada istilah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela maka ilmu juga bisa diatikan sebagai penerang dunia. Karena ibarat hidup tanpa ilmu maka kita akan hidup dalam sebuah kegelapan yang tanpa  berujung. Oleh karena itu penting bagi kita untuk selalu mencari dan memperdalam ilmu supaya kita bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa dihantui rasa ketakutan karena kedangkalan ilmu yang kita miliki. Dan dijelaskan bahwa seringkali ilmu dipahami sebagai pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan dapat dinamakan sebagai ilmu. Melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan yang disebut sebagai ilmu. Yang disepakati sebagai ilmu harus dapat diuji dengan enam komponen utama yang disebut dengan six kinds of science yang meliputi problems, attitude, method, activity, conclusions, and effects.
Dan ilmu juga harus mempunyai kelengkapan yaitu Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia  dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu  memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Contoh: Ilmu Alam  hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi kedalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat. Ilmu  harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metode yang berarti: cara, jalan. Berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º karenanya universal. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu  alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Tujuan ilmu pengetahuan yaitu Pengembangan ilmu pengetahuan untuk keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk memenuhi rasa keingintahuan manusia. Aliran ini meyakini bahwa pengembangan ilmu pengetahuan haruslah dapat memberikan menfaat bagi manusia dalam pemecahan masalah kehidupan.

Pesan Budaya Massa untuk Khalayak Ramai




h                1. DR. OZ
DR. OZ adalah acara talk show kesehatan yang ditayangkan secara live di stasiun TRANS TV. Acara ini tayang dua kali dalam seminggu yakni setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 15.30 – 17.00. Acara ini dipandu oleh dokter muda Indonesia yaitu Dr. Ryan Thamrin. Selain tampan dan memiliki postur badan yang bagus Dr.Ryan Thamrin juga pandai dalam bertutur kata di acara Dr. OZ Indonesia di Trans TV. Acara Dr. OZ ini layak menjadi tontonan utama masyarakat indonesia yang masih awam mengenai kesehatan. Acara ini membahas tuntas tentang kesehatan dengan topik tertentu di setiap episode nya. Di setiap sesi pun juga di datangkan dokter spesialis sesuai dengan tema yang dibahas. Di sesi terakhir acara ini, penonton yang hadir di beri kesempatan langsung untuk bertanya kepada dokter yang telah di datangkan serta juga dibacakan tips – tips yang sangat bermanfaat untuk kita ketahui dan kita lakukan.
B.                            2.   Iklan Kb
Iklan Kb yang biasanya tayang di layar kaca televisi anda adalah iklan yang saya favoritkan. Iklan ini dikemas secara menarik dan tentunya mengandung unsur edukatif bagi pemirsa yang melihatnya. Iklan ini dapat anda saksikan disetiap channel tv anda dan tayang setiap saat. Dimana dua orang model, yaitu laki – laki dan perempuan saling jatuh cinta saat mereka duduk di bangku sekolah menengah namun si model perempuan selalu menolak cinta si model laki – laki saat sedang mengungkapkan perasaannya melalui cincin dengan alasan meraka masih sekolah. Disisi lain model perempuan juga mengatakan lewat tulisan kepada si model laki – laki agar untuk sementara mereka harus memprioritaskan ilmu nomor satu dan fokus sekolah dengan baik agar bisa menjadi orang sukses dan membahagiakan orang tua. Iklan ini mengajarkan kita untuk menunda usia muda. Dan diakhir iklan ini akhirnya si model perempuan menerima cinta si model laki – laki karena laki – laki itu kini telah menjadi orang sukses. Dan akhirnya mereka pun menikah. Dan dalam pernikahan itu mereka berkomitmen untuk mempunyai dua orang anak saja. Ini mengajarkan bahwa keluarga bahagia dan sejahtera di indonesia ini hanya memperbolehkan mempunyai dua orang anak. Langkah ini ditempuh agar budaya massa pemirsa Indonesia mau meniru untuk membudayakan Kb dan juga bisa sebagai upaya untuk mengurangi kepadatan penduduk yang kian membludak ini.



ilmu komunikasi



Sasaran                  : Siswa
Tema                     : Social media
Cerita                    : Pengaruh sosial media terhadap prestasi  siswa 


                Gadget, adalah suatu barang yang hampir dimiliki oleh semua orang terutama di kalangan para remaja ataupun siswa. Dari perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, kini gadget dapat berkembang dengan cepat dan sangat canggih, selain itu gadget saat ini juga praktis dan mudah untuk dibawa kemana – mana. Gadget yang canggih itu kini menawarkan sebuah program yang dapat di upgrade dengan aplikasi – aplikasi sosial media, sehingga semakin mempermudah kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, walaupun dalam jarak jauh sekali. Dan pada akhirnya, para  siswa banyak yang mengahabiskan waktu hampir sepanjang hari untuk bermain sosial media di gadget ataupun laptop mereka. Hampir waktu seharian penuh mereka gunakan hanya untuk berinteraksi dengan seseorang yang ada di sosial media, tanpa memikirkan waktu dan tempat. Tidak peduli mereka sedang berada di sekolah, jalan, ataupun di rumah. Bahkan banyak sekali siswa / remaja yang mudah melupakan waktu karena terlalu sibuk dengan kegiatan sosial medianya.
                Kebiasaan bermain sosial media jika dibiarkan terus menerus tidaklah baik, apalagi sampai berlebihan. Karena jika seseorang telah berhadapan ataupun bergelut dengan sosial media maka mereka tidak akan memperhatikan situasi lingkungan sekitar, mereka akan mengabaikan waktu. Karena bermain sosial media secara tidak langsung telah memberikan suatu kecanduan bagi pemainnya dan untuk melepaskan kecanduan ini sangatlah tidak mudah. Selain kecanduan, bermain sosial media juga dapat membuat seorang siswa lupa akan kewajibannya yaitu, belajar. Disisi lain, bermain gadget terlalu lama juga dapat mengakibatkan efek negatif bagi kesehatan.
                Kebiasaan bermain sosial media yang berlebihan sudah saatnya untuk kita ubah. Misalnya kebiasaan menulis status pada sosial media, kegiatan ini dapat kita salurkan dengan cara menulis cerita berupa cerpen, menulis karya ilmiah, hasil penelitian, atau bahkan menuangkan tulisan dalam bentuk sastra seperti puisi, pantun, atau bahkan lirik lagu. Sehingga waktu kita bisa termanfaatkan dengan baik dan disisi lain kita dapat pula mengembangkan bakat kita di bidang menulis.
                 Kebiasaan bermain sosial media bukan hanya menimbulkan efek negatif saja bagi pemakainya namun ada pula keuntungan yang dapat dipetik dari sosial media tersebut. Misalnya dalam hal  berkomunikasi tentunya kita dapat dengan mudah sekali melakukan komunikasi dengan siapapun dan dimanapun, karena sosial media yang dapat di upgrade di gadget kini bisa menguasai ruangan dan waktu. Sehingga dalam berkomunikasi kita tidak perlu lagi repot – repot untuk kopi darat dengan orang yang hendak kita ajak untuk berkomunikasi, karena melalui sosial media yang ada di gadget ini tentunya dengan mudah komunikasi dapat berjalan dengan efisien dan lancar. Namun, dari sisi positif tadi tentu ada pula sisi negatifnya. Karena saking canggihnya aplikasi sosial media yang ada di gadget terkadang pemakainya lupa akan waktu. Mereka akan terlena oleh adanya sosial media dan mereka akan asyik bermain tanpa memperhatikan lingkungan sekitar dan kehilangan waktu mereka yang berharga.  Terlebih mereka yang masih bersekolah, mereka akan lupa waktu untuk belajar karena waktu mereka telah tersita dengan sosial media. Tanpa disadari mereka fokus bermain sosial media sampai berlarut – larut sehingga lama – kelamaan mereka akan merasa lelah dan setelah merasa lelah maka mereka tidak akan memegang buku, melainkan langsung menuju kamar tidur dan melakukan aktivitas malam tidur.
                Kegiatan bersosial media di gadget tentunya tidak baik untuk berlama – lama disemayamkan dalam jiwa kita. Karena selain efek yang telah dijelaskan diatas, tentunya jika kita terlalu bergantung pada sosial media maka secara tidak langsung kita telah kehilangan kontak sosial dengan dunia nyata. Dan sosialisasi kita di dunia nyata akan berkurang dan mungkin dapat dikatakann kita tidak cukup pintar dalam bersosialisasi di dunia nyata. Padahal, pada dasarnya yang paling kita butuhkan dalam kehidupan ini adalah orang – orang yang ada di sekitar kita dan bersifat real, bukan orang – orang yang ada di dunia maya yang mungkin sebelumnya kita tidak kenal namun kita dapat saling mengenal karena adanya sosial media tadi. Namun kita juga harus jeli dengan orang yang kita kenal di dunia maya karena pribadi seseorang di sosial media belum tentu sama dengan pribadi yang ada di dunia nyatanya. Namun jika orang yang ada disekitar kehidupan kita tentunya kita bisa mengetahui lebih dalam dan jelas tentang pribadi seseorang tersebut sehingga kita tidak salah pilih dalam pergaulan.

komunikasi antarbudaya



BAB 1
PENGERTIAN KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
1.      1.  Apa itu Komunikasi?
Dalam kehidupan sehari – hari, tak peduli dimana anda berada, anda selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang – orang tertentu yang berasal dari kelompok, ras, etnik, atau budaya lain. Komunikasi merupakan kegiatan sehari – hari yang sangat populer dan pasti dijalankan dalam pergaulan manusia. Aksioma komunikasi mengatakan : “manusia selalu berkomunikasi, manusia tidak dapat menghindari komunikasi”, karena itu kita sangat mengenal kata komunikasi.
Komunikasi manusia itu melayani segala sesuatu,  akibatnya orang bilang komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan proses yang universal. Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan tindakan yang terampil dari manusia (communication involves both attitudes and skills). Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui pertukaran informasi, ide – ide, gagasan, maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbol – simbol dengan orang lain.
Komunikasi manusia itu dapat dipahami sebagai interaksi antarpribadi melalui pertukaran simbol –simbol linguistik, misalnya simbol verbal dan non verbal. Seperti kata Mehrabian (1972) 55% dari komunikasi manusia dinyatakan dalam simbol non verbal, 38% melalui nada suara, dan 7% komunikasi yang efektif dinyatakan melalui sistem yang langsung seperti tatap muka atau media (tulisan, visual, aural).melalui pertukaran simbol – simbol yang sama dalam menjelaskan informasi, gagasan dan emosi diantara mereka itulah, akan lahir kesamaan makna atas pikiran, perasaan dan perbuatan.
Komunikasi itu meliputi usaha untuk menciptakan pesan, mengalihkan pesan, memberikan diri kita sebagai sebuah tempat yakni di hati dan otak orang lain untuk menerima pesan. Hasil dari komunikasi bersama itu adalah interpersonal understanding (pemahaman atas hubungan antar pribadi) karena ada kesamaan orientasi perseptual, kesamaan sistem kepercayaan dan keyakinan, serta kesamaan gaya berkomunikasi. Barnlund (1991) mengatakan : interpersonal understanding = f (similarity of perceptual orientations, similarity og belief systems, similarity of communicative style).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan yang tidak saja dilakukan secara lisan dan tertulis melainkan melalui bahasa tubuh, atau gaya atau tampilan pribadi, atau hal lain disekelilingnya yang memperjelas makna.

2.       Apa itu Komunikasi Antarbudaya?
Komunikasi dan budaya tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, “harus dicatat bahwa studi komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi (William B. Hart II, 1996). Definisi yang paling sederhana dari komunikasi yakni komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Dengan pemahaman yang sama, maka komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai: komunikasi antarbudaya adalah pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya. Atau komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau bantuan hal lain disekitarnya yang memperjelas pesan.
Hammer (1989) – mengutip prumpamaan Wilbur Schramm (1982) – menggambarkan bahwa lapangan studi komunikasi itu ibarat sebuah oasis, dan studi komunikasi antarbudaya itu dibentuk oleh ilmu – ilmu tentang kemanusiaan yang seolah nomadik lalu bertemu disebuah oase. Ilmu – ilmu sosial “nomadik” itu adalah antropologi, sosiologi, psikologi dan hubungan internasional. Oleh karena itu sebagian besar pemahaman tentang komunikasi antarbudaya bersumber ilmu – ilmu tersebut.

BAB 2
ASUMSI – ASUMSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
                                Komunikasi antarbudaya memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi karena :
1.       Secara teoritis memindahkan fokus dari satu kebudayaan kepada kebudayaan yang dibandingkan.
2.       Membawa konsep aras makro kebudayaan ke aras mikro kebudayaan.
3.       Menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi.
4.       Membawa perhatian kita kepada peranan kebudayaan yang mempengaruhi perilaku.
Ini berarti bahwa proses pembentukan kajian komunikasi antarbudaya harus didukung oleh apa yang disebut dengan “asumsi – asumsi” teoritik.
Teori komunikasi berbeda dengan hukum termasuk hukum komunikasi, kalau hukum dapat diterapkan secara universal maka teori hanya dapat diterapkan dalam suatu lingkungan atau situasi tertentu. Situasi dimana suatu teori termasuk teori komunikasi dapat diterapkan disebut asumsi, dan hanya dengan asumsi orang akan mampu memberikan batas – batas bagi penerapan sebuah teori. Dengan kata lain, asumsi sebagai teori komunikasi merupakan seperangkat pernyataan yang menggambarkan sebuah lingkungan yang valid, tempat dimana sebuah teori komunikasi dapat diaplikasikan.
Dapat dikatakan, asumsi sebuah teori komunikasi antarbudaya merupakan seperangkat pernyataan yang menggambarkan sebuah lingkungan yang valid tempat dimana teori – teori komunikasi antarbudaya itu dapat diterapkan. Beberapa asumsi itu antara lain :
1.       Komunikasi antarbudaya di mulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
2.       Dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi.
3.       Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.
4.       Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian.
5.       Komunikasi berpusat pada kebudayaan.
6.       Efektivitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antrbudaya.

1.       Komunikasi Antarbudaya Mengandung Isi dan Relasi Antarpribadi
Watzlawick, Beavin dan Jackson (1967) menekankan bahwa isi (content of communication) komunikasi tidak berada dalam sebuah ruang yang terisolasi. Isi (content) dan makna (meaning) adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dua hal yang esensial dalam membentuk relasi (relation). Dengan kata lain, relasi antarmanusia sangat mempengaruhi bagaimana isi dan makna sebuah pesan tersebut diinterpretasi.
2.       Tujuan Komunikasi Antarbudaya : Mengurangi Tingkat Ketidakpastian
Tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain. Dalam studi komunikasi, terutama teori informasi, diajarkan bahwa tingkat ketidaktentuan itu akan berkurang manakala kita mampu meramalkan secara tepat proses komunikasi.
Gudykunstt dan Kim (1984) menunjukkan bahwa orang – orang yang kita tidak kenal selalu berusaha mengurangi tingkat ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas relasi antar pribadi. Usaha untuk mengurangi tingkat ketidakpastian itu dapat dilakukan melalui tiga tahap interaksi, yakni :
A..  Pra-kontra atau tahap  pembentukan kesan melalui simbol verbal maupun non – verbal (apakah komunikan suka berkomunikasi atau menghindari komunikasi)
A..  Initial contact and impression, yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang muncul dari kontak awal tersebut. Misalnya, anda bertanya kepada diri sendiri, apakah saya seperti dia? Apakah dia mengerti saya? Apakah saya rugi waktu kalau berkomunikasi dengan dia?.
A.  Closur, mulai membuka diri anda yang semula tertutup melalui atribusi dan pengembangan kepribadian implisit. Teori atribusi menganjurkan agar kita harus lebih mengerti perilaku orang lain dengan menyelidiki motivasi atau suatu perilaku atau tindakan dia.
3.       Komunikasi Berpusat pada Kebudayaan
John B. Gatewood (1999) berpendapat tentang hubungan antara keberadaan manusia (baca: melalui komunikasi) dengan kebudayaan, yaitu bahwa : (1) kebudayaan manusia didistribusikan dalam kebudayaan (“whole-cultures” are the unit), dan (2) kebudayaan manusia didistribusikan dalam trait complexes (“trait-complexes” are the unit). Gatewood sendiri menjawab bahwa kebudayaan yang meliputi seluruh kemanusiaan itu sangat banyak, dan hal tersebut meliputi seluruh periode waktu dan tempat. Artinya kalau komunikasi itu merupakan bentuk, metode, teknik, proses sosial dari kehidupan manusia yang membudaya maka komunikasi adalah sarana bagi transmisi kebudayaan, oleh karena itu kebudayaan itu sendiri merupakan komunikasi.
Apakah komunikasi ada dalam kebudayaan atau kebudayaan ada dalam komunikasi? Smith (1976) bahwa: “komunikasi dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan”. Atau Edward T. Hall mengatakan: “komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah komunikasi.” Dalam kebudayaan ada sistem dan dinamika yang mengatur tata cara pertukaran simbol – simbol komunikasi, dan hanya dengan komunikasi maka pertukaran simbol – simbol dapat dilakukan, dan kebudayaan hanya akan eksis jika ada komunikasi.
4.       Tujuan Komunikasi Antarbudaya adalah Efektivitas Antarbudaya
Interaksi antarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan tercapai (komunikasi yang sukses) bila bentuk – bentuk hubungan antarbudaya menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbaharui relasi antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbaharui sebuah manajemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat kesetiakawanan, persahabatan, hingga kepada berhasilnya pembagian teknologi, dan mengurangi konflik.

BAB 3
PROSES KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
1.       Hakikat Proses Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi selalu terjadi antara sekurang – kurangnya dua orang peserta komunikasi atau mungkin lebih banyak dari itu (kelompok, organisasi, publik dan massa) yang melibatkan pertukaran tanda – tanda melalui : suara, seperti telefon atau radio, kata – kata, seperti pada halaman buku dan surat kabar tercetak, atau suara dan kata – kata, yaitu melalui televisi.
Kita sebut komunikasi sebagai prose (itulah salah satu karakteristik komunikasi) karena komunikasi itu dinamik, selalu berlangsung dan sering berubah – ubah. Sebuah prose terdiri dari beberapa sekuen yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Semua sekuen berkaitan satu sama lain meskipun dia selalu berubah – ubah. Jadi pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lain, yakni suatu proses yang interaktif dan trnasaksional serta dinamis.
Komunikasi antarbusya yang interaktif adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah / timbal balik (two way communication) namun masih berada apada tahapan rendah (Wahlstrom, 1992). Komunikasi transasional meliputi tiga unsur penting yakni, (1) keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus – menerus dan berkesinambungan atas pertukaran pesan, (2) peristiwa komunikasi meliputi seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu, kini dan yang akan datang, dan (3) partisipan dalam komunikasi antarbudaya menjalankan peran tertentu. Baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang bersifat dinamis, karena proses tertentu berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan berubah – ubah berdasarkan waktu, situasi, dan kondisi tertentu. Karena proses komuikasi yang dilakukan merupakan komunikasi antarbudaya maka kebudayan merupakan dinamisator atau kasi antarbudaya maka kebudayaan merupakan dinamisator atau “penghidup” bagi proses komunikasi tersebut.
2.       Unsur – Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya Komunikator
Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang memperkrasai komunikasi, artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu kpada pohak lain yang disebut komunikan. Dalam komunikasi antarbudaya seorang komunikator berasal dari latar belakang kebudayaan tertentu. William Gudykunst dan Young Yun Kim (1995) mengatakan bahwa secara makro perbedaan karakteristik antarbudaya itu ditentukan oleh faktor nilai dan norma hingga ke aras mikro yang mudah dilihat dalam wujud kepercayaan, minat dan kebiasaan. Selain itu faktor – faktor yang berkaitan dengan kemapuan berbahasa sebagai pendukung komunikasi misalnya kemampuan berbicara dan menulis secara baik dan benar (memilih kata, emmbuat kalimat), kemampuan menyatakan simbol non verbal (bahasa isyarat tubuh), bentuk – bentuk dialek dan aksen, dan lain – lain. (Asante dan Gudykunst 1989)

BAB 4
FUNGSI – FUNGSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

Secara umum ada empat kategori fungsi utama komunikasi, yakni: (1) fungsi informasi, (2) fungsi instruksi, (3) persuasif, dan (4) fungsi menghibur. Apabila empat fungsi utama itu diperluas maka akan ditemukan dua fungsi lain, yakni L1) fungsi pribadi, dan (2) fungsi sosial. Fungsi pribadi komunikasi dirinci ke dalam fungsi : (1) menyatakan identitas sosial, (2) integrasi sosial, (3) kognitif, dan (4) fungsi melepaskan diri/jalan keluar. Sedangkan fungsi sosial terinci atas, fungsi : (1) fungsi pengawasan, (2) menghubungkan / menjembatani, (3) sosialisasi, dan (4) menghibur.
1.       Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi – fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat ebberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan non verbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat dapat diketahui asal – usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikans eseorang.
Integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan – perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Fungsi integratif dalam kebudayaan dapat ditandai oleh simbol – simbol perilaku komunikasi, mempersilahkan anda untuk merokok atau makan sirih pinang dalam kebudayaan orang – orang di NTT. Kadang – kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi sosial befrmanfaat untuk menginformasikan “perkembangan” tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
Fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan diantara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan – pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaska perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa. Osialisasi nilai merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai – nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain. Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya.
Gudykunst (1988) mengakui bhawa kebudayaan berpengaruh dalam proses komunikasi yang mengakibatkan munculnya situasi dan kondisi yang cemas dan tidak pasti. Keadaan itu pernah digambarkan oleh gudykunst dan Kim (1984) sebagai metafora orang asing yang selalu berinteraksi dalam situasi dan kondisi yang cemas, tidak pasti atau tidak menentu. Dalam situasi seperti itu muncul dua kata yang selalu ada untuk menerangkan komunikasi antarbudaya, juga kata yang menggambarkan kondisi psikologis manusia, yakni ketidakpastian dan kecemasan.
Apabila kita dapat mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain maka kita akan mempunyai peluang yang makin besar untk memahami orang itu. Untuk mengerti san memahami orang lain maka kita perlu memahami tiga tingkatan kemampuan untuk “mengerti” orang lain, yakni kemampuan untuk : (1) menggambarkan 9to describtion), (2) meramalkan (to predection), (3) menjelaskan (to explanation) (Berger,garder,Parks,Shulman, dan Miller, 1976).
Selain tingkat ketidak pastian (uncertainty) maka kita akan mengahdapi tingkat kecemasan tertentu kalau berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan lain. Yang dimaksudkan dengan kecemasan adalah suatu perasaan yang kurang menyenangkan, tekanan batin, perasaan bersalah atau ragu – ragu tentang orang yang sedang dihadapi. Kecemasan mengandung suasana emosional yang tidak bersifat kognitif atau perilkau.
Dengan demikian setiap ketidakpastian merupakan hasil dari ketidakmampuan orang untuk meramalkan perilaku orang lain, sedangkan kecemasan dihasilkan oleh antisipasi kita terhadap perilaku negatif yang mungkin timbul dalam berkomunikasi antarbudaya. Perilaku negatif yang dikhaeatirkan itu adalah kominikasi antara psikologis, dampak tindakan bagi diri kita sendiri, maupun evaluasi yang bersifat negatif yang membedakan antara kelompok budaya anda dengan kelompok budaya orang itu.